Makna Musibah
KOmpor Gas Mbelduk, Gunung Meletus, Tsunami MengGerujuk....
Mungkin alam mulai enggan, bersahabat dengan kita...
Musibah berasal dari kata ashaaba, yushiibu, mushiibatan yang berarti segala yang menimpa pada
sesuatu baik berupa kesenangan maupun kesusahan. Namun, umumnya dipahami musibah selalu
identik dengan kesusahan. Padahal, kesenangan yang dirasakan pada hakikatnya musibah juga.
Dengan musibah, Allah SWT hendak menguji siapa yang paling baik amalnya.
''Sesungguhnya kami telah jadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, karena Kami
hendak memberi cobaan kepada mereka, siapakah di antara mereka yang paling baik amalnya.'' (QS
Al-Kahfi (18): 7)
Ada tiga golongan manusia dalam menghadapi musibah. Pertama, orang yang
menganggap bahwa musibah adalah sebagai hukuman dan azab kepadanya. Sehingga, dia selalu
merasa sempit dada dan selalu mengeluh.
Kedua, orang yang menilai bahwa musibah adalah sebagai penghapus dosa. Ia tidak pernah
menyerahkan apa-apa yang menimpanya kecuali kepada Allah SWT. Ketiga, orang yang meyakini
bahwa musibah adalah ladang peningkatan iman dan takwanya. Orang yang seperti ini selalu tenang
serta percaya bahwa dengan musibah itu Allah SWT menghendaki kebaikan bagi dirinya.
Musibah yang ditimpakan kepada manusia ada dua macam. Pertama, musibah dunia; dan kedua,
musibah akhirat. Musibah dunia salah satunya ialah ketakutan, kelaparan, kematian, dan sebagainya
sebagaimana Allah SWT jelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 155. ''Dan pasti akan kami uji kalian
dengan sesuatu dari ketakutan, dan kelaparan, dan kekurangan harta dan jiwa dan buah-buahan, dan
berilah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.''
Adapun musibah akhirat adalah orang yang
tidak punya amal saleh dalam hidupnya, sehingga jauh dari pahala. Rasulullah SAW pernah
bersabda, ''Orang yang terkena musibah, bukanlah seperti yang kalian ketahui, tetapi orang yang
terkena musibah yaitu yang tidak memperoleh kebajikan (pahala) dalam hidupnya.''
Orang yang terkena musibah berupa kesusahan di dunia, jika ia hadapi dengan kesabaran, ikhtiar,
dan tawakal kepada Allah SWT, hakikatnya ia tidak terkena musibah. Justru yang ia dapatkan
adalah pahala.
Sebaliknya, musibah kesenangan selama hidupnya, jika ia tidak pandai mensyukurinya, maka itulah
musibah yang sesungguhnya. Karena, bukan pahala yang ia peroleh, melainkan dosa.
Berkenaan dengan hal tersebut, dalam hadis Qudsi Allah SWT berfirman, ''Demi keagungan dan
kemuliaan-Ku, Aku tiada mengeluarkan hamba-Ku yang Aku inginkan kebaikan baginya dari
kehidupan dunia, sehingga Aku tebus perbuatan-perbuatan dosanya dengan penyakit pada
tubuhnya, kerugian pada hartanya, kehilangan anaknya. Apabila masih ada dosa yang tersisa
dijadikan ia merasa berat di saat sakaratul maut, sehingga ia menjumpai Aku seperti bayi yang baru
dilahirkan.''
Komentar
Posting Komentar